Kamis, 10 September 2015
Wisata Pulau Tidung
08.16 - GO EXPLORE - 0 Comments
Pulau Tidung Salah satu pulau yang berada di gugusan Kepulauan Seribu ini konon dikenal dengan nama Tidung, namun seiring berjalannya waktu banyak orang menyebut pulau yang terkenal dengan Jembatan Cinta ini dengan nama Pulau Tidung.
Sebagai salah satu tujuan wisata, pulau ini memiliki fasilitas cukup lengkap seperti sekolah, puskesmas, masjid, dan rumah penduduk yang biasa disewakan untuk wisatawan. Pantai yang indah beserta permainan air seperti canoe, donut, jet ski, banana boat, dan lainnya bisa Anda nikmati di pulau ini.
Pulau Tidung terkenal dengan Jembatan Cinta yang menghubungkan Tidung Besar dan Tidung Kecil, konon pasangan yang lompat bersama dari atas jembatan ini akan langgeng hingga ajal memisahkan. Jembatan ini juga menjadi tempat uji nyali bagi Anda yang berani lompat dari ketinggian kurang lebih 6 meter dari atas permukaan laut.
Selasa, 08 September 2015
Onrust, Pulau yang Tidak Pernah Istirahat
00.34 - GO EXPLORE - 0 Comments
Onrust bersama ketiga pulau yang paling dekat dengannya adalah pulau-pulau yang memiliki sejarah panjang, sekitar 350 tahun, yakni sejak awal abad ke 17 sampai pertengahan abad ke 20. Kawasan ini, Onrust khususnya, pernah menjadi bagian dari riuhnya pelayaran niaga antara barat dan timur. Onrust pernah berada ditengah pertikaian orang-orang Eropa yang selalu ingin menunjukkan hegemoninya atas Nusantara.
Pulau Onrust yang bersejarah akhirnya memang bagian dari proses yang mewarnai perjalanan sejarah social-politik dan ekonomi-maritim Nusantara, dan tentang itu pulau ini meninggalkan banyak bukti-buktinya.
Pulau Onrust yang kecil ini dahulu ternyata sudah banyak dikenal oleh orang Eropa. Tahun 1770 James Cook (pelaut Inggris yang menemukan benua Australia), diberitakan pernah singgah di Pulau Onrust selama 8 hari untuk memperbaiki Endeavor, kapalnya. Para pelaut dan petualang Eropa yang singgah di Onrust mencatat dan membuat lukisan situasi pulau ini. Karya mereka kelak menjadi sumber sejarah Pulau Onrust.
Dari catatan Francois Valentijn (datang antara tahun 1724-1726) misalnya, kita mengetahui tingkah polah pejabat Onrust saat itu yang dikatakannya korup dan hidup seperti raja. Petualang Jerman Johan Wolfgang Heydt (1739-1740), melukis serta membuat denah Onrust. Karya lain tentang Onrust juga kita dapatkan, diantaranya dari Johannes Vingboons (1665-1668), Isac de Graaf (1690-1705), ludolf Backhuizen (1699), Jacobus Van der Schley (1725-1779) and Hendrik Kobell (1779).
Ribuan artefak telah ditemukan dari situs melalui ekskavasi selama ini. Salah satunya yang menjadi master piece adalah sepasang sepatu besi atau sepatu selam. Pecahan keramik dan pecahan botol kaca adalah artefak yang paling banyak didapat. Selain keramik lokal, keramik asing yang banyak adalah keramik Eropa dan Cina. Temuan lain yang penting adalah diantaranya pipa Gouda (pipa cangklong ala Belanda), berbagai peralatan bangunan dan peralatan tukang dari logam, peluru meriam, umpak batu, ubin batu serta sejumlah mata uang VOC tahun 1814.
Peran Onrust dalam Pelayaran Niaga
Diawal abad ke 17 masehi, wilayah perairan Nusantara sudah menjadi jalur lalu lintas pelayaran niaga yang sangat ramai. Banyak armada kapal-kapal Spanyol, Portugis, Inggris, atau Belanda yang pergi ke timur, ke pusat pusat perdagangan Asia, untuk mencari teh atau sutra di Cina; tembaga di Jepang; atau rempah-rempah di berbagai wilayah di Nusantara.
Saat itu rempah-rempah memang menjadi komoditas primadona di pasaran Eropa. Timbul persaingan diantara orang orang Eropa sendiri untuk dapat memonopoli perdagangannya. Namun Belanda dengan VOC-nya, yang terbilang cukup berhasil mengusai perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Dibawah penguasaan VOC, pulau Onrust mulai berperan dalam perdagangan international sebagai tempat persinggahan kapal-kapal. Selain itu ia juga tempat penampungan sementara komoditi-komoditi Asia yang akan dikirim ke Eropa
Dermaga, Bangunan Vital Pertama
Dermaga adalah bangunan pertama yang didirikan ketika pulau Onrust mulai difungsikan. Kesiapan dermaga sangat penting artinya untuk menunjang kegiatan pembangunan disana : tempat merapatnya kapal-kapal pembawa pasokan bermacam kebutuhan. Dermaga pertama diperkirakan dibangun tak lama setelah VOC mendapat izin untuk menggunakan pulau Onrust sebagai tempat perbaikan kapal dari penguasa Batavia saat itu, pangeran Jayakarta, pada tanggal 12-13 November 1610. Sebuah dermaga lagi dibangun di pulau Cipir pada tahun 1668, ketika kegiatan di Pulau Onrust semakin meningkat. Dermaga terakhir ini juga menjadi penghubung antara kedua pulau tersebut
Galangan kapal menjadi fasilitas utama ketika pulau Onrust difungsikan sebagai tempat perbaikan dan pembuatan kapal. Keberadaannya sangat penting mengingat kapal adalah sarana utama perniagaan laut dan kekuatan armada VOC. Galangan kapal pertama di pulau Onrust dibangun pada tahun 1615.
Saat itu, terjadi kesibukan luar biasa, sehingga pulau seluas 12 hektar tersebut dikenal dengan nama Onrust – bahasa Belanda, artinya tak pernah istirahat, atau dalam bahasa Inggris “Un Rest”.
Galangan kapal lain yang lebih kecil dibangun kemudian di pulau Cipir tahun 1668, bersama dengan pembangunan dermaga penghubung
Zona Pertahanan Batavia
Setelah Batavia dikuasai VOC, pulau Onrust lantas dikembangkan sebagai zona pertahannya di utara. Untuk itu dibangun pula sebuah benteng. Dihitung dari perencanannya, benteng di pulau Onrust mulai dibangun tahun 1656. Arsiteknya bernama Johanes Listingh. Awalnya berbentuk belah ketupat, dengan dua buah bastion yang bersebangan secara diagonal. Pada tahun 1671, diputuskan untuk memperluas benteng menjadi segi lima dengan bastion disetiap sudutnya. Keseluruhan pembangunannya memakan waktu 20 tahun. Benteng ini juga dilengkapi dengan gudang amunisiBerkali-kali Dihancurkan
Peperangan yang melanda Eropa tahun 1795, turut memperlemah kedudukan VOC di Batavia. Kesempatan inipun dimanfaatkan Inggris, pada tahun 1800 armada Inggris yang dipimpin H.L. Ball, memblokade Batavia, menyerang dan membumihanguskan pulau Onrust. Tahun 1803 Belanda membangun kembali pulau Onrust dari kehancurannya, namun lagi lagi, pada tahun 1806 armada Inggris yang dipimpin Admiral Edward Fellew kembali menyerang. Bahkan pada tahun 1810 Inggris menghancurkan sama sekali pulau Onrust dan menguasainya sampai angkat kaki tahun 1816.
Menara Martello dari Abad 19
Bangunan bangunan Onrust dari abad ke 19 masehi seperti gudang, barak tentara atau penjara, kini sudah tidak terlihat lagi. Yang ada hanya sbagian pondasinya saja yang terpendam. Mungkin serangan serangan Inggris atau letusan gunung Krakatau telah meratakannya, atau bahkan musnah akibat pembongkaran besar besaran ditahun 1968. Akan tetapi wakil dari bangunan abad ke 19 masih dijumpai di Pulau Kelor dan Bidadari, yaitu menara Martello atau Benteng Bundar. Keduanya diperkirakan dibangun setelah Inggris hengkang dari Batavia. Mungkin kekokohannya membuat keduanya bertahan dari kerusakan akibat letusan Krakatau. Dari penemuan sisa sisa pondasinya, di Onrust – dan juga Cipir – dahulu pernah memiliki pula Benteng bundar seperti ini.
Dihancurkan Krakatau
Pada tahun 1827 Hindia Belanda dibawah Gubernur Jendral G.A Baron Van Der Capellen memberikan perhatiannya lagi kepada pulau Onrust. Pekerjaan dimulai pada tahun 1828 dan selesai pada tahun 1848. Pada tahun 1856, sarana pelabuhan di pulau Onrust ditambah dengan pembangunan dok terapung untuk perbaikan kapal di lepas pantai. Namun sejak Belanda membangun pelabuhan yang lebih modern di Tanjung Priuk, peranan pulau Onrust kian meredup dan dilupakan. Akhirnya letusan gunung Krakatau tahun 1883 meratakan seluruh kawasan pulau Onrust dan sekitarnya.
Berganti-ganti Fungsi
Diawal abad ke 20 Masehi, pemerintah Hindia Belanda rupanya masih tertarik dengan pulau Onrust. Tahun 1905, pulau itu, dan juga pulau Cipir, dibangun kembali. Namun kali ini hanya sebagai stasiun pengamatan cuaca. Tahun 1911 – 1933 pulau Onrust beralih fungsi lagi menjadi pusat karantina Haji. Setelah itu sampai masa kekuasaan Jepang, Pulau Onrust hanya dijadikan penjara dan tempat bagi para tawanan. Dari tahun 1948 sampai tahun 1960an Onrust berturut turut digunakan sebagai tempat karantina penderita penyakit menular, tempat penampungan gelandangan, dan pengemis serta pangkalan latihan militer.
Karantina Haji
Sebagian bangunan kuno di pulau Onrust sekarang adalah sisa-sisa fasilitas karantina Haji dari awal abad ke 20. Saat itu jalur laut merupakan jalur utama transportasi Haji. Keberangkatan dan kepulangan jemaah diatur dari pulau ini. Fasilitas yang ada antaralain barak, rumah dokter, rumah sakit, kantor registrasi, pos keamanan atau sarana MCK. Beberapa diantaranya sudah ada yang dipugar, sehingga cukup utuh keberadaanya. Bahkan rumah dokter, kini difungsikan sebagai museum bagi taman arkeologi pulau Onrust
Pulau Tahanan
Lokasi yang dikelilingi laut dan cukup jauh dari daratan membuat pulau Onrust cukup cocok menjadi penjara atau tempat isolasi. Di zaman Belanda, pulau ini pernah menjadi tempat hukuman bagi taruna akademi mariner yang bandel serta para pemberontak. Saat perang dunia ke 2, menjadi tempat tawanan orang-orang Jerman, salah satunya adalah Steinfurt, mantan kepala administrasi pulau Onrust sendiri. Di zaman pendudukan Jepang, pulau Onrust menjadi penjara bagi tahanan kelas berat dan politik diantaranya Aidit dan Lukman – yang kelak menjadi tokoh PKI. Setelah Indonesia merdeka, pulau ini pernah menjadi tempat eksekusi tokoh utama pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo.
Taman Arkeologi Onrust meliputi 4 pulau yang saling berdekatan; pulau Onrust, Cipir, Kelor dan Bidadari. Kawasan ini merupakan bagian dari gugusan kepulauan seribu yang berada di teluk Jakarta. Secara administrative, kawasan ini berada di wilayah kepulauan seribu selatan. Kawasan ini oleh pemerintah DKI pada tahun 1972 telah ditetapkan sebagai suaka sejarah karena banyak memiliki bukti bukti arkeologis dari kurun waktu abad ke 17 sampai abad ke 20.
Pulau seluas 7,5 Ha ini, sekitar 30 tahun lalu luasnya masih 12,8 Ha, karena abrasi luas pulau ini jadi menyusut, semoga perhatian pemerintah terus ditingkatkan demi menjaga situs yang amat penting buat pendidikan sejarah Nusantara bagi anak bangsa.
Wisata Pulau Untung Jawa
00.21 - GO EXPLORE - 0 Comments
Ingin nyebrang ke pulau dan ninggalin kepenatan Jakarta sejenak bersama keluarga?. Pilihan yang paling tepat, murah meriah dan cukup menghabiskan waktu weekend, salah satunya yaa.. di Pulau Untung Jawa salah satu dari Desa Wisata Nelayan dan Pulau Rambut (Suaka Margasatwa) di Kepulauan Seribu.
Berangkat dari Pantai Tanjung Pasir
Jika anda mau datang serombongan, titik pertemuan yang bisa digunakan adalah di wilayah Kantor Badan SAR Nasional (BASARNAS) atau Masjid di sebelahnya. Karena menuju Pulau Untung Jawa, paling terdekat adalah melewati Dermaga Perahu di Pantai Tanjung Pasir, Tangerang.
Kira-kira 1 (satu) jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi dari Bandara Soekarno Hatta menuju Pantai Tanjung Pasir, jika berniat memancing sebaiknya beli dahulu umpan udang hidup yang tersebar di sepanjang jalan. Setibanya di Pantai Tanjung Pasir, jika berniat berhenti sejenak menikmati pantainya dan sekedar ambil photo aktifitas perahu nelayan, sekaligus nyari tumpangan perahu yang nyaman menuju Pulau Untung Jawa.
Bisa bayar ketengan (satu tiket satu orang) atau sekalian carter satu perahu yang muat sekitar 50-60 orang. Pasti lebih terasa murah jika rombongan lebih dari 30 orang jika langsung bisa carter. Kebetulan kami menggunakan KM Gadis Desa, 081519171643. Silahkan dicatat, karena kalo disewa beberapa trip tentu akan lebih mudah dapat potongannya.
Satu Malam di Pulau Untung Jawa
Menggunakan perahu motor dari Pantai Tanjung Pasir menuju Pulau Untung Jawa akan jadi pengalaman menarik bagi anak-anak. Bergoyang oleh ombak laut selama perjalanan 30 menit jadi pengalaman baru bagi mereka yang pertama kali naik perahu kayu. Disepanjang perjalanan mereka juga dapat melihat aktifitas burung laut yang mencari ikan, juga dengan para perahu-perahu nelayan yang hilir mudik.
Sampai di Pulau Untung Jawa, disepanjang kampung sudah tersedia berbagai macam penawaran menarik dari Homestay, dengan berbagai macam fasilitasnya dengan harga yang relatif terjangkau. Kamar dengan fasilitas AC, Televisi dan Kamar Mandi dalam disewakan sekitar Rp. 300.000,-
Pulau Untung Jawa, dulu di jaman Belanda dikasih nama Amiterdam, secara administratif berada di Kecamatan Kepualauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu dan Provinsi Jakarta. Diusianya yang cukup tua (6 generasi), pada 13 Februari 1954, Lurah bersama penduduk berinisiatif mendirikan tugu peringatan kepindahan yang terletak di tengah tengah pulau tersebut. Mulai saat itu semakin banyak kemajuan yang dirasakan masyarakat Pulau Untung Jawa dan pemerintah DKI tidak tinggal diam memperhatikan kemajuannya.
Semua aktifitas yang anda bisa lakukan tentu saja tentang pantai, laut (bahari), mulai dari berenang, latihan dan uji nyali buat anak-anak dengan ban donat, atau yang sedikit menantang buat anda yang gak jantungan nyoba kebalik dengan Banana boat.
Keliling pulau Untung Jawa sambil jalan atau sewa sepeda juga oke, atau kalo malas berkeringat sudah tersedia becak motor. Yang hobby di bidang photografi, acara potret memotret matahari tenggelam berikut aktifitas para burung yang menukik menyelam mencari ikan pasti sangat menarik sebagai objek yang bisa dipamerkan ke teman-teman anda jejaring sosial facebook, khusus buat para pengoleksi jempol orang.. hehhehe
Suaka Margasatwa Pulau Rambut
Semalam menginap di Pulau Untung Jawa sungguh malam yang penuh kesan, khususnya bagi anak-anak yang udah kecapekan main air di pantai. Jangan pulang dulu sebelum mampir ke Pulau Rambut yang tidak lokasinya berdampingan, memenuhi kebutuhan pengetahuan terhadap lahan konservasi dan habitat burung migran.
Pantainya juga masih terjaga bersih, aktifitas snorkling juga menarik kalo gak terlalu capek setelah jalan-jalan di sepanjang jalur yang disediakan oleh Suaka Margasatwa Pulau Rambut. Untuk memasuki kawasan ini sebelumnya diperlukan izin terdahulu, ada pembatasan jumlah pengunjung dan biasanya jika terlalu banyak akan ada pembagian kelompok (1 kelompok = 10-20 orang) dan membayar retribusi sebesar Rp. 15.000/orang
Anda akan ditemani oleh seorang pemandu untuk perjalanan menuju tower dan menyaksikan dari atas semua aktifitas burung-burung.
Setelah puas menyaksikan secara langsung beberapa jenis burung dan biawak di suaka ini, kalo anak-anak dijamin tidak menikmati agenda jalan-jalan disuaka, tetapi kalo karena bermain air... itu sudah seperti reflek... diluar pemantauan anda, mereka sudah memastikan diri berbasah-basahan sementara semua orang tua tidak mempersiapkan baju gantinya....
Senin, 07 September 2015
Pulau Rambut, Kerajaan Para Burung
23.47 - GO EXPLORE - 0 Comments
Pulau Rambut, adalah bagian dari kawasan konservasi di DKI Jakarta. Dengan luasan wilayah sekitar 45 km Pulau Rambut dikelola oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) sebagai kawasan Suaka Margasatwa yang dapat dimanfaatkan sebagai wadah untuk fungsi pendidikan, penelitian, observasi atau wisata alam terbatas.
Sejarah Kawasan
Potensi wisata alam terbatas unggulan yang masih dapat dikembangkan di Suaka Margasatwa Pulau Rambut antara lain adalah pengamatan burung (Bird watching), pengenalan jenis flora dan fauina, photo hunting, pendidikan konservasi/lingkungan dengan jelajah kawasan melalui jalur interpretasi, ekowisata mangrove dan wisata bahari.
Pulau Rambut diusulkan penetapannya sebagai kawasan konservasi pertama kali oleh Direktur Kebon Raya Bogor kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jakarta dengan status berupa cagar alam. Alasan penting yang mendasari usulan tersebut adalah dalam rangka melindungi berbagai jenis burung air yang banyak terdapat di pulau tersebut.
Secara resmi penetapan Pulau Rambut sebagai cagar alam dilakukan pada tahun 1937 melalui Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7 tanggal 3 Mei 1937. Selanjutnya keputusan tersebut dimuat dalam Lembar Negara (Staatblat) No. 245 Tahun 1939.
Kerajaan Para Burung
Berbagai macam jenis burung dapat anda baca dan lihat di papan berikut dalam gambar [klik gambar untuk memperbesar]. Pada keadaan biasa, diperkirakan sekitar 20.000 burung hidup di pulau ini. Di bulan Maret sampai September, jumlah itu meningkat menjadi hingga 50.000 burung. Burung-burung itu diperkirakan datang dari Australia. Dengan kekayaan dan keanekaragaman jenis burung yang singgah di Pulau ini sering kali Pulau Rambut disebut dengan “Pulau Surga Burung (Rambut Island of Sanctuary Birds)"
Jenis-jenis burung yang terdapat di suaka margasatwa ini beberapa diantaranya seperti cangak abu (Ardea cinerea), pecuk ular (Anhinga melanogaster), bluwok (Mycteria cinerea), kowak malam (Nycticorax nicticorax), cangak merah (Ardea purpurea), kuntul besar (Egretta alba), kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul sedang (Egretta intermedia), kuntul karang (Egretta sacra), dan kuntul kerbau (Bubulcus ibis) roko-roko (Plegadis falcinellus) pelatuk besi (Threskiornis melanocephalus) dan sebagainya
Anak-anak pada khususnya, menjadikan Pulau Rambut ini sebagai arena permainan bagi mereka. Mulai dari main pasir, berenang di pantai, menikmati pemandangan dan burung-burung yang mencari ikan dan lain sebagainya. Tidak ada yang membuat mereka bosan jika sempat diajak untuk datang ke kawasan ini.
Menuju Kawasan
Anda bisa merencanakan program wisata ini bersama keluarga atau kelompok besar, dengan memanfaatkan waktu weekend, atau hari libur dengan paket wisata Pulau Untung Jawa dan Pulau Rambut di Kawasan Kepulauan Seribu. Silahkan membaca informasi wisata Pulau Untung Jawa disini untuk lebih jelasnya, karena kawasan ini dari seberang Pulau Untung Jawa dapat ditempuh dengan Kapal Motor kurang dari 15 menit.
Benteng Martello dan Pulau Kelor
23.43 - GO EXPLORE - 0 Comments
Pulau ini terbilang kecil, karena ukurannya yang kecil itu konon orang mengibaratkannya sebesar daun kelor, lalu ia dikenal sebagai pulau Kelor,dan bentuk pulau ini jika dilihat dari atas memang seperti bentuk daun, tetapi orang belanda mengenalnya sebagai pulau Kherkof, entah apa artinya. Di sisi pulau yang agak lebar, disitulah benteng Martello berdiri, sementara disisi pulau yang lain, yang agak sempit hanya tanah datar dan pasir putih serta ditumbuhi semak semak.
Pulau ini tidak berpenghuni, karena tidak ada sumber kehidupan didalamnya, namun kondisi ini sebenarnya menguntungkan bagi Benteng Martello, setidaknya lebih aman dari pengaruh buruk manusia.
Dari dekat Benteng Martello memang luar biasa, meskipun tinggal reruntuhan, benteng Martello masih Nampak kokoh, berwibawa, terbuat dari bahan bata merah yang berukuran besar, tetapi tidak sebesar ukuran bata merah situs Mojopahit. Yang ada sekarang tinggal lapisan bata merahnya saja, sementara campuran semen yang melapisinya hampir semuanya sudah rontok, struktur permukaan bata, dan keseluruhan bentuk Benteng ini memang sangat indah utk dijadikan object photo, konon banyak photo pre-wedding disini.
Kamipun tidak menyia-nyiakan moment ini, dan segera jeprat-jepret. Air lautnya bersih dan jernih, dipadu dengan warna merah dari batu bata, serta beberapa pohon besar disisinya, keseluruhan kombinasi ini menghasilkan paduan yang spektakuler.
Semoga pulau Kelor dan Benteng Martello-nya tetap abadi, sebagai pengingat bahwa disini dulu kumpeni pernah tinggal, dan kita bisa mengunjunginya setiap saat, baik utk sekedar mengambil gambar atau untuk menyaksikan dari dekat arsitekturalnya. Anak bangsa ini harus tahu bahwa penjajah dulu pernah bercokol disini.
Sosial Buttons